LENTERA SDMK, Terobosan Dinkes Sumedang Pastikan Pelatihan Nakes Berdampak Nyata



KBT NEWS ID SUMEDANG – Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang meluncurkan inovasi baru bertajuk LENTERA SDMK (Lakukan Evaluasi Terpadu dan terukur untuk meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia Kesehatan). Terobosan ini hadir untuk menjawab persoalan klasik dalam birokrasi, yakni memastikan setiap rupiah yang diinvestasikan untuk pelatihan tenaga kesehatan (nakes) benar-benar memberikan perubahan nyata, bukan sekadar menghasilkan sertifikat.

Selama ini, pelatihan bagi ASN termasuk tenaga kesehatan menjadi agenda prioritas nasional. Namun, evaluasi yang dilakukan cenderung bersifat administratif, hanya menyoroti kepuasan peserta tanpa menilai apakah pelatihan itu berpengaruh terhadap kinerja di lapangan. Hal inilah yang kemudian mendorong Dinkes Sumedang melakukan gebrakan.

“Kami menyadari adanya kesenjangan. Di satu sisi, komitmen untuk meningkatkan kompetensi SDM kesehatan sangat kuat. Tapi di sisi lain, belum ada alat ukur yang valid untuk memastikan investasi ini benar-benar berdampak pada pelayanan,” ujar Surdi Sudiana, SKM., M.KM, Kepala Bidang P2P Dinkes Sumedang sekaligus inisiator LENTERA SDMK.

Menurutnya, tanpa evaluasi yang terukur, pelatihan berisiko menjadi sekadar rutinitas dan mengancam akuntabilitas anggaran. Melalui LENTERA SDMK, paradigma evaluasi kini digeser. Bukan lagi sekadar bertanya apakah peserta puas, melainkan apakah pelatihan itu benar-benar mengubah cara kerja dan meningkatkan hasil pelayanan kesehatan.

Inovasi ini menggunakan pendekatan model evaluasi Kirkpatrick, dengan fokus pada Level 3 (perubahan perilaku) dan Level 4 (hasil kinerja). Artinya, yang dinilai bukan hanya pengetahuan di ruang kelas, tetapi juga bagaimana tenaga kesehatan menerapkan ilmu tersebut di Puskesmas maupun unit pelayanan lain.

Proses implementasi LENTERA SDMK dilakukan secara sistematis. Dimulai dari penyusunan instrumen evaluasi melalui Focus Group Discussion (FGD), pembuatan SOP dan buku pedoman, hingga pembentukan tim evaluator yang mendapat pelatihan khusus. Semua sistem ini kemudian dilegitimasi melalui Keputusan Kepala Dinas agar memiliki dasar hukum yang kuat.

Sejumlah capaian pun berhasil diwujudkan. Antara lain terbentuknya tim efektif yang sudah mendapat SK resmi, tersedianya instrumen evaluasi 360 derajat, peningkatan kapasitas evaluator, hingga lahirnya siklus evaluasi standar yang terintegrasi dalam kebijakan Dinkes.

Untuk memastikan inovasi ini tidak berhenti di internal Dinkes, strategi diseminasi juga disiapkan. Sosialisasi telah dilakukan kepada para pimpinan unit layanan teknis, sementara publikasi eksternal diarahkan agar LENTERA SDMK bisa menjadi model praktik baik bagi daerah lain.

“Harapan kami, LENTERA SDMK bukan hanya sekadar inovasi di Sumedang, tetapi bisa menjadi inspirasi nasional. Tujuan akhirnya jelas, agar pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat semakin berkualitas dan akuntabel,” pungkas Surdi.

Dengan hadirnya LENTERA SDMK, Sumedang menegaskan komitmennya untuk membangun birokrasi berbasis kinerja. Masyarakat pun diharapkan bisa merasakan langsung manfaat dari pelayanan kesehatan yang semakin profesional dan efektif. (red*)