Langkah Proaktif Kabupaten Sumedang Dalam Menuju Eliminasi TBC Melalui Program Active Case Foding (ACF)

 


KBT NEWS ID SUMEDANG– Pemerintah Kabupaten Sumedang, melalui Dinas Kesehatan, menunjukkan komitmen kuatnya dalam mempercepat upaya eliminasi Tuberkulosis (TBC) di wilayahnya dengan meluncurkan program Active Case Finding (ACF) yang masif.


Program ini merupakan bagian tak terpisahkan dari strategi nasional untuk menemukan kasus TBC yang belum terdiagnosis di tengah masyarakat, yang seringkali menjadi mata rantai penularan tak terputus.


Menurut Surdi Sudiana, MKM, Kepala Bidang P2P mewakili Kepala Dinas Kesehatan, program ACF ini bukanlah sekadar kegiatan rutin, melainkan sebuah terobosan strategis.


"Kami menyadari bahwa menunggu pasien TBC datang ke fasilitas kesehatan tidaklah cukup," ujar Surdi.


"Tantangan terbesar kita adalah menemukan individu yang terinfeksi namun tidak menyadari gejalanya atau bahkan tidak berani mencari pertolongan medis karena berbagai faktor, termasuk stigma. Melalui ACF, kami secara proaktif mendekati mereka dan memastikan setiap kasus TBC ditemukan dan diobati secepatnya."


Target dan Metode Pelaksanaan


Kegiatan ACF ini menargetkan total 3.000 orang di 20 titik lokasi berbeda di seluruh Kabupaten Sumedang. Pelaksanaan program ini berlangsung selama kurang lebih satu bulan, yaitu mulai dari 29 September hingga 24 Oktober 2025. "Kami menargetkan cakupan yang luas dan merata, menjangkau area-area yang memiliki risiko penularan tinggi," tambah Surdi.


Dalam pelaksanaannya, Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang berkolaborasi dengan Tim dari Kementerian Kesehatan, melalui penyedia layanan kesehatan swasta yang telah berpengalaman dalam program serupa. Kolaborasi ini memungkinkan penggunaan teknologi dan metodologi skrining yang canggih dan efektif.


Salah satu kunci keberhasilan program ini adalah penggunaan Mobile X-ray, sebuah unit rontgen portabel yang memungkinkan skrining TBC dilakukan di lokasi mana pun, termasuk di puskesmas-puskesmas yang menjadi lokus kegiatan.


Metode skrining ini sangat efisien karena mampu mendeteksi gambaran TBC pada paru-paru meskipun pasien belum menunjukkan gejala klinis yang parah.


Setelah menjalani foto rontgen, jika ditemukan adanya kecurigaan TBC, tim akan langsung mengarahkan pasien untuk melakukan pemeriksaan dahak lebih lanjut menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM), yang mampu memberikan hasil diagnosis dalam waktu yang sangat singkat.


Sinergi dan Peran Puskesmas


Keberhasilan program ACF ini tidak terlepas dari sinergi kuat antara Dinas Kesehatan, Kementerian Kesehatan, dan 20 Puskesmas yang menjadi titik pelaksanaan.


Setiap Puskesmas memiliki peran vital, mulai dari menyiapkan data peserta skrining hingga menyediakan lokasi kegiatan dan surat tugas mobilisasi bagi tim pelaksana.


"Puskesmas adalah garda terdepan kami," jelas Surdi. "Mereka yang paling memahami kondisi kesehatan masyarakat di wilayahnya masing-masing.


Dengan dukungan penuh dari para kepala puskesmas dan seluruh staf, kami yakin program ini akan berjalan lancar dan mencapai target yang ditetapkan."


Tim pelaksana dari Kementerian Kesehatan terdiri dari berbagai tenaga ahli yang kompeten.


"Setiap tim dilengkapi dengan PIC, admin, perawat, dokter umum, radiografer, dan dokter radiologi," papar Surdi.


"Peralatan yang dibawa juga lengkap, mulai dari formulir skrining, laptop untuk registrasi dan SITB, hingga genset dan ruang ganti portabel untuk menjamin kenyamanan dan kelancaran proses skrining."


Dampak dan Tindak Lanjut


Program ACF ini tidak hanya berhenti pada penemuan kasus.


Surdi Sudiana menegaskan bahwa setiap pasien yang didiagnosis positif TBC akan segera dihubungkan dengan layanan pengobatan yang komprehensif.


"Pengobatan TBC di Indonesia itu gratis dan terjamin. Pasien akan mendapatkan obat-obatan yang dibutuhkan di puskesmas atau fasilitas kesehatan lain yang telah ditunjuk, dan mereka akan dipantau secara ketat hingga dinyatakan sembuh total," tegasnya.


Tindakan cepat ini sangat penting untuk mencegah penyebaran TBC ke anggota keluarga dan orang-orang terdekat pasien.


Dengan mengidentifikasi dan mengobati sumber penularan, program ACF secara langsung berkontribusi pada upaya memutus rantai penularan TBC di tingkat komunitas.


Pemerintah Kabupaten Sumedang mengimbau seluruh masyarakat untuk tidak ragu berpartisipasi dalam program ini.


Ini adalah kesempatan emas bagi setiap individu untuk memastikan kondisi kesehatannya dan turut andil dalam mewujudkan Sumedang dan Indonesia Bebas TBC.


"Mari kita jadikan momentum ini sebagai langkah nyata kita dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat sangat kami harapkan. Bersama-sama, kita wujudkan Sumedang yang sehat dan bebas dari TBC," tutup Surdi Sudiana. (red*)