Bandung Sebagai Pusat Ekonomi Kreatif Terbesar, Billy Martasandy Dorong Industri Lokal Bersaing dengan Produk Asing
KBT NEWS ID, BANDUNG - Dorongan terhadap pelaku industri lokal terus digaungkan. Seperti yang dilakukan pengusaha muda asal Kota Bandung, Billy Martasandy.
Dirinya menyerukan agar pelaku industri lokal meningkatkan kualitas dan daya saing. Tujuannya, agar tidak terus tergerus produk impor yang kian waktu semakin membanjiri pasar domestik.
Menurut Billy, Kota Kembang dinilai sebagai salah satu pusat ekonomi kreatif terbesar di Indonesia, yang mempunyai potensi besar untuk menjadi tuan rumah di pasar sendiri. Bukan justru kalah oleh barang dari luar negeri.
"Bandung itu gudangnya kreativitas, kualitas produk kita sebenarnya sangat mumpuni," katanya, Selasa (9/12/2025).
Kendati demikian, diucapkan Billy, meski Kota Bandung merupakan gudangnya kreativitas, tapi jika pelaku industri lokal tidak agresif memperkuat kualitas, inovasi, dan pemasaran, maka dampaknya produk impor akan terus mengambil pangsa pasar.
"Kita tidak boleh kalah di rumah sendiri," ucapnya.
Billy menilai, masuknya produk impor dengan harga murah, khususnya dari Tiongkok dan beberapa negara Asia, telah membuat banyak sektor lokal.
"Mulai dari fesyen, kerajinan, hingga produk rumah tangga tersudut di pasar retail," bebernya.
Akan tetapi, Billy menerangkan, membatasi barang impor bukanlah solusi, namun caranya dengan upaya memperkuat fondasi industri lokal.
Diketahui, sosok Billy juga merupakan CEO Martasandy Grup, yang menaungi PT Martasandy Bimbel Terpadu, Martasandy Psychology Indonesia, Martasandy Abadi Wisata, Martasandy Megah Properti.
Dirinya menilai bahwa UMKM dan industri kreatif Bandung harus diberi dukungan dalam tiga aspek penting.
"Peningkatan kualitas produk, terutama dari sisi material dan finishing. Lalu penguasaan strategi pemasaran digital, termasuk brand storytelling, konten kreatif, dan e-commerce," ucap Billy.
"Kemudian peningkatan kapasitas SDM, melalui pelatihan desain, manajemen bisnis, dan psikologi pelayanan konsumen," lanjutnya.
Dijelaskan Billy, produk lokal bukan hanya harus bagus, tapi juga harus bisa tampil meyakinkan. Menurutnya, konsumen sekarang memilih dengan mata, bukan hanya harga.
"Ini yang harus dipahami industri lokal Bandung," jelasnya.
Billy memaparkan, banyak UMKM Bandung sebenarnya sudah memiliki kekuatan unik mulai dari desain, keunikan budaya lokal, hingga identitas artistik yang tidak dimiliki produk impor massal.
"Akan tetapi, diferensiasi tersebut sering tidak ditampilkan dengan optimal," paparnya.
Billy berharap, pengusaha Bandung tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan berkolaborasi dalam jaringan bisnis yang saling memperkuat. Mulai dari suplai bahan baku, distribusi, hingga promosi bersama.
"Kalau pengusaha lokal bisa bersatu, kita bisa menciptakan ekosistem yang membuat Bandung lebih mandiri secara ekonomi," tuturnya.
"Produk impor boleh ada, tapi jangan sampai menguasai pasar kita hanya karena kita tidak bergerak," tambah Billy.
Dia juga mendorong pemerintah daerah, untuk menyediakan lebih banyak ruang promosi bagi produk lokal. Seperti festival UMKM kreatif, showcase digital, hingga kemudahan akses pembiayaan untuk industri kreatif.
Billy berujar, Bandung memiliki modal besar, seperti sumber daya manusia kreatif, budaya inovatif, dan ekosistem UMKM yang luas.
Apabila modal dan potensi tersebut dimaksimalkan, menurutnya, Bandung dapat menjadi kota yang “mengekspor kreativitas”, bukan hanya menjadi pasar untuk produk luar.
"Kita mampu bersaing. Kuncinya adalah keberanian berinovasi. Industri lokal Bandung harus membuktikan bahwa kreativitas anak negeri tidak kalah dari produk impor mana pun," ujarnya.
"Dengan dorongan tersebut, saya berharap pelaku industri Bandung dapat mengubah tantangan persaingan global menjadi peluang untuk melompat lebih tinggi dalam beberapa tahun ke depan," pungkas Billy. ***
