Sumedang Belajar ke Banyumas, Siap Terapkan Sistem Pengelolaan Sampah Modern dan Partisipatif
KBT NEWS ID SUMEDANG- Pemerintah Kabupaten Sumedang terus menunjukkan komitmennya dalam membangun lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Salah satu upaya nyata yang kini tengah dilakukan adalah membenahi sistem pengelolaan sampah agar lebih modern dan melibatkan partisipasi masyarakat.
Sebagai langkah konkrit, pada Rabu (11/6/2025), Pemkab Sumedang menggelar kunjungan studi banding ke Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Tujuannya jelas: mempelajari langsung praktik pengelolaan sampah yang telah berhasil diterapkan di sana.
Rombongan dari Sumedang dipimpin langsung oleh Bupati H. Dony Ahmad Munir. Turut mendampingi, jajaran pejabat penting seperti Ketua dan anggota Komisi IV DPRD, Sekda Tuti Ruswati, serta para kepala perangkat daerah terkait. Mereka diterima dengan hangat oleh Bupati Banyumas H. Sadewo Tri Lastiono dan jajaran Dinas Lingkungan Hidup Banyumas.
Kunjungan difokuskan ke dua lokasi unggulan. Pertama, Tempat Pemrosesan Akhir Berbasis Lingkungan dan Edukasi (TPA BLE) di Desa Wlahar Wetan. Di sini, rombongan melihat langsung proses pengelolaan sampah dengan kapasitas hingga 75 ton per hari yang menerapkan konsep zero waste to landfill. Sampah tidak hanya dibuang, tapi dipilah secara detail—organik, anorganik, dan residu—lalu diolah menjadi produk bernilai seperti kompos, maggot, RDF (Refuse Derived Fuel), paving block, hingga genting.
Lokasi kedua yang dikunjungi adalah TPST Kedungwaru Lor yang dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Di tempat ini, Bupati Dony dan rombongan menyaksikan bagaimana warga setempat aktif mengelola sampah, mulai dari pemilahan, pencacahan, hingga pengolahan residu dengan mesin modern. Model pengelolaan seperti ini dinilai menjadi kunci sukses Banyumas dalam menciptakan sistem yang berdaya dan berkelanjutan.
“Kabupaten Banyumas membuktikan bahwa sampah bukan masalah, tapi peluang. Di sini, semua dimulai dari rumah tangga. Keterlibatan masyarakat sangat nyata,” ujar Bupati Dony di sela kunjungannya. Ia menegaskan bahwa Sumedang akan meniru praktik terbaik ini dan menyesuaikannya dengan kondisi daerah.
Menurutnya, pengolahan sampah di Banyumas bisa dijadikan inspirasi karena mencakup konversi sampah organik menjadi kompos atau maggot, serta limbah plastik menjadi RDF yang dapat dimanfaatkan industri. Model ini juga memperlihatkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri secara harmonis.
“Kita tidak hanya akan meniru, tapi juga menerapkannya secara konsisten. Edukasi kepada masyarakat sangat penting agar sampah dipilah sejak dari rumah. Kalau ini berjalan, kita bisa mengurangi beban TPA dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat,” tambah Dony.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Sumedang, Wasman, yang turut dalam rombongan, juga menegaskan hal serupa. Ia bahkan menyatakan bahwa Sumedang siap meniru sistem Banyumas secara utuh.
“Tidak ada lagi amati-tiru-modifikasi, sekarang saatnya amati-tiru-plek! Ini bukan untuk gaya-gayaan, tapi demi masa depan lingkungan kita,” kata Wasman bersemangat.
Ia menjelaskan, ke depan pengelolaan sampah di Sumedang akan dibangun dari hulu ke hilir. Mulai dari rumah tangga, sekolah, hingga pemerintahan desa akan dilibatkan secara terstruktur. Kolaborasi lintas perangkat daerah pun dipastikan akan diperkuat.
Wasman juga menyebut bahwa sejumlah fasilitas pengolahan sampah seperti mesin conveyor dan pencacah perlu segera ditambah. Namun ia optimis, dengan dukungan semua pihak dan gerakan edukasi menyeluruh, Sumedang bisa menjadi kabupaten percontohan pengelolaan sampah di Jawa Barat.
“Kalau Banyumas bisa, kenapa kita tidak? Dengan semangat kolaborasi dan gotong royong, saya yakin Sumedang akan jadi daerah bebas sampah yang mandiri dan berkelanjutan,” pungkasnya. (red*)